Pahami dan Pahamkan Bahasa Anak
Dalam mengasuh anak, orang tua memiliki tugas yang begitu berat dan untuk itu senantiasa dituntut agar bersabar. Hal penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam pengasuhan adalah dalam hal komunikasi. Kaitannya dengan komunikasi ada hal yang perlu dilaksanakan orang tua yaitu pahami dan pahamkan bahasa anak. Orang tua harus bisa memposisikan diri menjadi sosok yang dapat memahami pesan yang ingin disampaikan anak.
Tentu hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi orang tua. Ia harus dapat menerjemahkan apa yang disampaikan
anak kepadanya. Baik itu permintaan, pertanyaan, ataupun hal lainnya. Orang tua perlu menyikapinya dengan baik dan bijak, serta
sabar. Pernahkah ayah dan bunda mengalami masa dimana anak menyampaikan sesuatu dengan
bahasanya yang masih belum lengkap bahkan belum jelas pengucapannya?
Foto oleh William Fortunato dari Pexels |
Menghadapi hal ini, orang tua tidak
boleh diam begitu saja. Misal, masih ada orang tua yang acuh tak acuh dengan
anak. Seakan paham atas apa yang anak sampaikan, tapi kenyataannya si anak
tetap merengek atau mengucakan kata-kata yang sama kepada orang tuanya.
Misal, orang tua hanya menjawab
"iya" kemudian melanjutkan ngobrol dengan temannya. Saat anak kembali
mendatangi dan berucap hal yang sama, orang tua menjawab hal yang sama
"iya" tanpa berusaha memahami apa sebenarnya yang ingin disampaikan
si kecil. Hal seperti ini harus dirubah. Tidak
boleh dibiarkan terus menerus begitu karena bisa berakibat tidak baik pada anak. Anak bisa
berpandangan kalau orang tuanya tidak perhatian, tidak mau mengerti dengan
seutuhnya.
Ayah dan bunda, ada hal yang perlu diperhatikan
dalam berkomunikasi dengan anak, utamanya mereka yang masih belum bisa secara
sempurna belum bisa mengungkapkan
maksudnya dengan menggunakan komunikasi verbal secara jelas dan
lancar.
Untuk menyikapi hal ini, orang tua perlu
melakukan dua hal yaitu pahami dan pahamkan bahasa anak. Untuk itu, perlu membiasakan diri memahami apa
maksud yang ingin anak sampaikan. Ditambah lagi, parents juga harus berusaha untuk membangun kemampuan verbal dan kosakata anak dengan
memahamkan anak pada yang dia maksud.
Jadi, pahami dan pahamkan bahasa anak.
Jika orang tua sudah bisa menerjemahkan maksud bahasa anak, dan paham, bantulah
anak untuk memahami dengan memahamkannya.
Photo by Tatiana Syrikova from Pexels |
Memang membutuhkan waktu dan kesabaran, tapi ini harus dilakukan. Sebagai orang tua, disini saya teringat dengan apa yang dilakukan anak saya yang ke dua, yang berusia dua tahun.
Suatu waktu dia mengeluarkan kata "O..apa". Dia memegang mainan, sambil menunjukkan dengan tangannya dia berjalan mendekat.
Saya mencoba memahami pertanyaannya, menjawab dengan menyebutkan nama mainan yang
dimaksud.
Esok dia kembali
mengajukan pertanyaan yang sama dengan membawa benda lain. Saya pun memberikan jawaban dengan menyebut nama benda itu. Sembari berpikir, apa yang bisa saya lakukan untuknya. Tidak mungkin saya membiarkan dia bertanya dan saya menjawab sekedarnya tanpa ada umpan balik untuk memahamkan. Saya pun mengulangi pertanyaannya dengan pengucapan
suara yang jelas. Ikut bertanya, dan menjawab
sendiri pertanyaan dengan ikut memegang mainan yang ada di tangan si kecil.
Saat si kecil bertanya
"O..apa?", saya pahamkan dia dengan pertanyaan, "Ini apa?". Terlihat dia
semakin antusias bertanya banyak nama benda lainnya sambil tertawa bahagia saat
mendapatkan jawaban dari setiap
pertanyaan yang diajukan. Dia terlihat begitu girang. Lari meletakkan ke tempat mainan, meletakkan mainan yang sudah diketahui namanya dan mengambil mainan lain sambil kembali mengajukan pertanyaan.
Tak hanya sampai disini, meskipun dia
belum bisa mengucapkan setiap kata dengan baik, benar dan jelas, ada hal yang harus saya
bangun. Ketika dia bertanya "O...apa?", saya mencoba menjawabnya
dengan menambahkan kosakata “warna” di awal
kata, seperti “Ini warna merah”,
dia menyebut kembali warnanya,
dan mengambil benda lain.
Saya pun mengembangkan apa yang dimaksud
ananda. Di hari-hari berikutnya saya bangun kembali pemahamannya tentang
pertanyaan dengan ucapan khasnya.
Saya ingin dia paham akan pertanyaannya.
"O... apa?". Saya ingin dia memahami bahwa
pertanyaannya bisa mendapatkan jawaban berbeda. Tentu harus diungkapkan dan
dipahamkan jenis pertanyaannya. Mengapa pertanyaannya mendapatkan jawaban yang berbeda.
Saya mulai menjawab pertanyaannya dengan
menyebut nama benda dan warnanya.
Ananda : O...apa?
Ayah : Ini apa? Ini botol warnanya
hijau.
Ananda : O...apa ana....
Ayah : Ini warna apa? Warnanya hijau.
Ananda : O...apa?
Ayah : Adik tanya bentuk atau warna?
Ananda : Bencuk.
Ayah : Oh...ini bentuknya apa? Ini
bentuknya boneka.
Inilah
sekilas percakapan dengan putri kedua saya. Dia memang belum bisa mengucap
dengan lancar, dan utuh, namun dengan direkamkan terus melalui percakapan,
setidaknya satu hal dilakukan, yaitu memahamkan anak dan berusaha menerjemahkan
maksud ananda.
Secara tak langsung, saat ananda semakin
antusias, orang tua tak hanya memahamkan namun ada hal lain yang dibangun.
Orang tua menambah kosa kata pada anak, orang tua menjalin kedekatan dengan
anak, membangun ikatan emosional dengan anak. Jadi sebagai
orang tua sudah saatnya harus menyediakan diri untuk menjadi orang tua yang dapat memahami dan
dapat memahamkan bahasa anak.
Dari kesabaran, anak kelak meniru kita, yakni sabar.
"Bencuk dari didikan orang tua adalah kesabaran"