Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Indonesia
Penyebab Pernikahan Dini di Indonesia
Pernikahan dini menjadi sebuah fenomena sosial yang terus terjadi dari tahun ke tahun di masyarakat Indonesia. Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki usia di bawah usia pernikahan yang telah ditetapkan oleh hukum negara.Di Indonesia sendiri, usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Namun, dalam praktiknya, masih banyak terjadi pernikahan dini, terutama di daerah pedalaman atau pedesaan.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2020, terdapat 8,19% perempuan Indonesia yang menikah pertama kalinya di usia antara 7–15 tahun. Perempuan Indonesia yang menikah pertama di usia tersebut tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Secara umum, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab pernikahan dini di Indonesia. Beberapa faktor itu di antaranya
Rendahnya Pengetahuan Remaja Putri
Rendahnya pengetahuan masyarakat menjadi salah satu hal yang menjadi penyebab mengapa pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia. Belum semua orang tua atau masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai apa saja dampak dari pernikahan dini bagi anak-anak mereka.Misal saja, karena anaknya sudah mengalami menstruasi sudah dianggap siap untuk berumah tangga. Padahal secara fisik, struktur tubuh, dan hormon, mereka belum siap untuk melakukan salah satu tugas sebagai istri, yaitu mengandung. Namun, karena anggapan mereka sudah mengalami siklus seorang wanita, maka dianggap sudah siap dan pantas untuk menikah.
Sebuah penelitian mengemukakan bahwa perempuan atau remaja putri yang memiliki pengetahuan rendah, 2,3 kali lebih rentan melakukan pernikahan dini dibandingkan yang berpengetahuan tinggi.
Pergaulan Buruk
Remaja putri yang berada di lingkungan buruk atau lingkungan negatif memiliki resiko melaksanakan pernikahan dini karena berbagai hal lain. Sebagai contoh anak terlibat dalam hubungan bebas, hubungan seksual sebelum menikah,sehingga terjadi apa yang di masyarakat dikenal dengan MBA (Married by Accident). Ini karena mereka hamil sebelum menikah. Untuk menutupi aibnya, maka dilakukanlah pernikahan dini.Ada juga karena si anak sudah dianggap suka sama suka, maka dianggap sudah siap untuk menikah dan memasuki jenjang berikutnya.
Pendidikan rendah
Remaja putri yang memiliki latar pendidikan rendah memiliki resiko melangsungkan pernikahan dini lebih tinggi dari pada mereka yang berpendidikan tinggi. Ini terjadi karena semakin tinggi tingkat pendidikan, akan semakin memahami berbagai hal berhubungan dengan kesiapan untuk melangkah ke jenjang pernikahan, baik kesiapan fisik, finansial, dan lainnya.Ekonomi keluarga
Faktor ekonomi keluarga juga memiliki pengaruh pada pengambilan keputusan untuk menikahkan anak pada usia dini.Orang tua dengan faktor ekonomi yang rendah terkadang akan menikahkan anaknya agar beban ekonomi keluarga bisa berkurang. Orang tua tidak lagi harus membiayai keperluans ehari-hari anaknya, karena sudah menjadi tanggung jawab suaminya untuk memberikan nafkah.Sosial dan Budaya
Faktor sosial dan budaya yang ada di Indonesia begitu beragam. Dalam hubungannya dengan pernikahan dini, faktor sosial masyarakat juga menjadi salah satu penyebabnya. Tidak jarang ketika anak sudah lulus SD, sudah dipersunting oleh tetangganya sendiri.Selain faktor sosial masyarakat Indonesia yang suka menjodohkan satu sama lain, ada juga faktor adat istiadat. Di mana pernikahan dini sudah menjadi hal yang lumrah, biasa dilakukan di daerah itu. Bahkan ada juga yang saling menjodohkan anaknya sejak masih usia balita, atau bahkan ada yang dijodohkan sejak bayi.
Belum lagi kebiasaan masyarakat yang akan mengucilkan anak perempuan ketika tidak segera menikah setelah lulus sekolah. Membandingkan dengan anak-anak lain di seusianya yang sudah menikah, bahkan sudah memiliki anak.
Solusi atas Penyebab Pernikahan DIni
Memang membutuhkan waktu untuk bisa menjadikan masyarakat, khususnya para orang tua paham akan hal tersebut. Namun bukan berarti tidak bisa. Dibutuhkan kerja keras dan kerjasama semua pihak dalam hal ini. Sosialisasi secara berkala dan berkelanjutan juga harus dilakukan di tengah-tengah masyarakat.
Di antara solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyebab pernikahan dini di atas adalah kembali menakar akar permasalahan yang banyak menjadi penyebab. Sebagai contoh, jika ini karena lingkungan sosial dan adat atau kebiasaan yang ada di suatu masyarakat maka cara terbaik adalah dengan memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya para orang tua. Ini bisa dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat yang terpandang di daerah tersebut.
Jika masalah yang terjadi muncul karena pergaulan, maka, orang tua harus diberikan penguatan untuk bisa menjalankan tugasnya sebagai orang tua dengan baik, yaitu menjaga dan memantau pergaulan anak agar tidak terjerumus pada hubungan seks beba, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan masalah ekonomi? Jika penyebab pernikahan dini pada anak adalah karena kondisi ekonomi atau finansial orang tua, maka bisa dilakukan penguatan oleh pihak terkait kepada mereka. Misal memberikan informasi pelatihan keterampilan yang bisa digunakan untuk menjadi lahan penghasilan setelahnya. Memberikan pembinaan dan pendampingan usaha bagi mereka para orang tua, sehingga tidak mengorbankan kebahagiaan anak mereka.
Kesimpulan: Masyarakat Harus Sadar Dampak dari Pernikahan Dini
Untuk mempersiapkan keluarga yang matang, masayrakat Indonesia khususnya para orang tua harus mulai menyadari bahwa pernikahan dini selain memberikan dampak positif menjaga anak dari hubungan seksual secara bebas, juga memiliki dampak buruk seperti rumah tangga tidak matang, tanggung jawab belum sepenuhnya tumbuh, bahkan bagi remaja putir bisa mengancam kesehatan jiwa, khususnya saat mengandung dan melahirkan.Melihat beberapa dampak buruk dari pernikahan dini di atasn, orang tua sudah harus menyadari akan pernikahan dini ini. Sudah seharusnya membuka pikiran dan menghindari beberapa faktor penyebab pernikahan dini yang ada di masayrakat agar anak bisa dicegah dari pernikahan dini dan bisa melangsungkan pernikahan pada usia minimal sesuai dengan yang diatur dalam negara.
Memang harus terus dilakukan edukasi untuk mencegah maraknya pernikahan dini.
Sedihnya kalau pernikahan dijadikan sebuah solusi ekonomi. Anak perempuan jadi beban ortu. Makanya lulus sekolah (SMA bahkan sMP) dinikahkan aja.
Belum siap secara fisik, mental, maupun ekonomi
Bisa memberikan masalah baru tentunya
duh ini emang perlu banget di galakkan informasi soal dampak pernikahan dini ya
duh ini emang perlu banget di galakkan informasi soal dampak pernikahan dini ya
Semoga orangtua sekarang lebih melek pengasuhan sehingga bisa memberikan pemahaman yang tepat mengenai pernikahan pada anak.
Mereka tidak bahagia dengan keluarganya, lalu jerat romansa sesaat yang membutakan logika.
Gue pikir, penting banget buat ngelindungin anak-anak dari pernikahan dini. Sambil tetep ngasih perhatian ke budaya, kita juga harus berusaha ngejaga hak-hak individu dan ngasih edukasi tentang keluarga berencana serta kesetaraan gender.
Aku tau betul strugglingnya gimana. Dan anaknya sekarang uda menginjak usia remaja, kalau sama Ibunya beneran kaya kaka-adik. Manis sekali.
dan ini kudu disosialisaasikan terus agar PD ini bisa diminimalisir, sehingga masa depan mereka tetap terjaga